Dalampuisi "Mantera" karya Sutardji Calzoum Bachri, penulis menghadirkan serangkaian gambaran dan simbol-simbol yang memadukan alam dan perasaan manusia. Puisi ini menggambarkan rangkaian kata-kata yang memiliki kekuatan magis, mengundang pembaca untuk meresapi makna yang tersembunyi di dalamnya. Puisi ini dimulai dengan penggambaran lima
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Analisis Intertekstual Puisi "Tapi" Karya Sutardji Calzoum Bachri dengan Puisi "Gumamku, ya Alloh" Karya RendraAlfi Lutfiana ZahroiniK1220008Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaPENDAHULUANPuisi sebagai salah satu karya sastra yang dalam penyampaiannya menggunakan bahasa sebagai media perantara komunikasi menjadi sesuatu yang penting untuk ditelaah isi dan kemunculan puisi. Puisi sebagai salahsatu alat atau media yang merekam berbagai aktivitas hidup dan kehidupan memiliki peran yang berarti dalam khasanah kesastraan. Peristiwaperistiwa yang dianggap penting dalam kehidupan dapat diungkapkan oleh penyair maupun penulis melalui pemilihan puisi sebagai sarana menulis. Kebebasan dalam menulis puisi tanpa dihalang-halangi oleh penggunaan syarat dalam menulis puisi merupakan langkah untuk memberikan kebebasan bereskpresi kepada para penulis. Puisi sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan perantara pesan kepada pembaca merupakan cara pandang penulis tentang gejala-gejala yang ditangkap penulis sehingga penting untuk direkam dalam bahasa puisi. Waluyo dalam Wisang, 2014 12 menjelaskan puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias imajinatif. Imron dalam Aminuddin, 1990 142 puisi memang bisa juga sebagai konfirmasi terhadap kenyataan sosial. Kalau ia hanya menggambarkan gejala sosial itu tanpa sikap, menurut Kuntowidjaja dapat disebut sebagai sastra simtomatik karena tugasnya hanya menggambarkan saja. Selain itu, puisi bisa juga menjadi kritik sosial, ia akan mencoba menganalisis gejala-gejala sosial dengan mempertentangkan sistem simbol dan juga sistem sosial. maka muncullah sastra dialetik. Pemilihan kata, bahasa, dan makna dalam puisi merupakan salah satu penekanan menulis puisi yang selama ini masih terjadi di kalangan penyair. Melalui pemilihan kata, bahasa yang sesuai dengan pemilihan maka akan terbentuk kepadatan dalam makna puisi. Namun hal ini menjadi salahsatu kebiasaan yang terjadi ketika penyair membuat puisi yaitu dilakukan "seleksi kata" terhadap bahasa yang digunakan dalam menulis puisi. Bahasa yang biasanya digunakan dan dipahami oleh oranglain "bahasa sederhana", serta tidak adanya penggunaan bahasa yang "mendayu-dayu", ibarat sulit dipahami oleh orang lain merupakan salah satu langkah untuk memberikan puisi yang mudah dipahami oleh orang lain. Era sekarang ini yaitu semua tulisan menggunakan media internet atau teknologi digital menjadi salah satu cara mudah dalam berkarya. Sastra cyber misalnya yang menjadi salah satu media perantara berkarya setiap orang, kini penulis dengan mudah menghasilkan serta mempublikasikan karyanya tanpa terlebih dahulu melewati editor maupun penyunting. Namun, sering khalayak umum memberikan penilaian kepada karya yang ada di media massa tersebut "belum handal" dan diuji secara utuh karya mereka. Hal ini dikarenakan setiap orang dapat mempublikasikan karya mereka dengan mudah. Puisi pada khususnya terdapat diberbagai media massa baik media online maupun ofline. Adanya berbagai media yang dapat memuat karya sastra khususnya puisi sebagai salahsatu jenis karya sastra yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam menuangkan karya sastra. Penyair-penyair seperti Sutardji Calzoum Bachri, Remy Sylado, Darmanto Jatman merupakan para penyair yang menuliskan puisinya melalui langkah membebaskan diri dari syarat penulisan puisi. Puisi tidak lagi menjadi hal yang "sangat rumit" yaitu harus menggunakan bahasa yang indah, bahasa yang bermajas, serta pemilihan kata yang benar-benar dipilih untuk mewakili isi puisi. Namun puisi yang dimaksud yaitu puisi yang didalamnya mengunakan bahasa sehari-hari, yang mudah dipahami oleh pembaca. Cara pandang seperti inilah yang menjadikan puisi menjadi bebas untuk dituliskan oleh siapa saja dengan bahasa yang mudah digunakan dan disampaikan dengan leluasa. Asal-usul setiap kemunculan puisi merupakan dasar mengetahui topik, tema, dan isi yang terdapat dalam puisi. Teks yang terdapat dalam puisi tidak bisa lepas dari konteks atau hal-hal yang ada di luar kemunculan puisi, sehingga menjadi penting untuk diketahui keadaan yang melingkupi permasalahan kemunculan puisi itu sendiri. Pradopo 2009 49 mengungkapkan dengan terbitnya sajak-sajak angkatan lama yang "established" dan penyair baru yang memperkenalkan gaya baru, maka dalam periode 1970-1990 ini ada bermacam ragam puisi. Para penyair baru yang muncul akhir tahun 1960-an dan sesudah tahun 1970 adalah Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, Abdul Hadi Wm, Tuti Herati, Kuntowijoyo, Sides Sudiyarto, Linus Suryadi Ag., Emha Ainun Nadjib, Yudhistira Ardi Nugroho, F. Rahadi, Adri Darmadji Woko, Korrie Layun Rampan, Dami N. Jabbar, D. Zawawi Imron, Eko Budianto, Diah Hadaning, Afrizal Malna, Soni Farid Maulana, dan Acep Zamzam Noor, serta Beni Setia. Di samping mereka, masih banyak yang lain, puluhan, bahkan ratusan. Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman 2005 dengan judul "Dimensi Sufistik Puisi-Puisi Sutardji Calzoum Bachri". Metode atau pendekatan yang digunakan adalah metode atau pendekatan filosofis dan semiotik. Penanda utama puisi "Idul fitri" adalah tobat, sedangkan penanda utama puisi "Cermin" adalah "bercermin" dalam pengertian tafakkur dan muhasabah, melakukan perenungan dan introspeksi. Penggunaan kata-kata secara denotatid dan konotatif, metaphor, deviasi gramatikal, paralelisme, repetisi, dan inversi dalam puisi "idulfitri" dan puisi "cermin", menunjukkan fungsinya dalam mendukung penanda utama puisi -puisi tersebut. Puisi sufistik "Idulfitri" dan "Cermin" karya Sutardji Calzoum Bachri, menggambarkan seseorang yang mengangap dirinya telah mencapai maqam peringkat yang tinggi di jalan tasawuf karena merasa telah menjalani pertobatan dengan sungguh-sungguh dan tulus. Dia merasa sudah layak untuk "berjumpa" dengan Tuhan atau malaikat, karena itu dia sangat menginginkan perjumpaan tersebut. Sangat kecewa akibat gagalnya perjumpaan yang sangat dirindukannya itu, dia kemudian "bercermin", bertafakur merenung dan bermuhasabah berintrospeksi. Maka sadarlah dia, bahwa sebagai makhluk sprititual, status dirinya masih sangat rendah. Gambaran itu serupa benar dengan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Dengan demikian, karakter tokoh puisi "idulfitri" dan puisi Cermin" merupakan tanda ikonik dari sikap keberagaman kebanyakan Calzoum Bachri merupakan salah satu pencetus puisi konkret yang kemunculannya dianggap sebagai pembaharu dalam dunia perpuisian di Indonesia. Karya-karya Sutardji lebih cenderung memberikan gaya penulisan yang berbeda dengan penyair sebelumnya. Bahasa, pemakaian kata, dan corak puisi lebih memberikan ilustrasi tentang kehidupan yang ada di sekitar masyarakat melalui langkah membebaskan kata dari pengertiannya, namun menggunakan kata sesuai fungsi kata itu sendiri. Kata dapat bermakna dan dapat mengandung logika yang berbeda-beda, namun dalam puisi karya Sutardji seperti puisi "Tragedi Winka dan Sihka", permainan kata digunakan secara baik dan dapat menimbulkan makna yang mendalam dari isi puisi yang ada. Kemunculan puisi "Tragedi Winka dan Sihka" merupakan salah satu pembeda dalam khasanah puisi modern di Indonesia saat itu. Karya-karya Sutardji secara lengkap terdapat dalam buku O AMUK KAPAK tiga Kumpulan Sajak Sutardji Calzoum Bachri Penerbit Sinar Harapan 1981. PEMBAHASANTAPIaku bawakan bunga padamu 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Puisi"Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan rasa sakit, penderitaan, dan perjuangan bangsa yang tercermin dalam air mata dan tanah air. Metafora Tanah Air: Dalam puisi ini, tanah air digambarkan sebagai entitas yang memiliki perasaan dan emosi, mampu menangis melalui air mata yang mengalir dari mata airnya.
Sutardji Calzoum Bachri TANAH AIRMATA Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata kami
Tanahairmata tanah tumpah darahku. Mata air airmata kami. Air mata tanah air kami. Di sinilah kami berdiri. Menyanyikan airmata kami. Dibalik gembur subur tanahmu. Kami simpan perih kami. Dibalik etalase megah gedung-gedungmu. Kami coba sembunyikan derita kami. Kami coba simpan nestapa. Kami coba kuburkan duka lara. Tapi perih tak bisa
Silakanbaca artikel [Musikalisasi Puisi] Tanah Air Mata - Sutardji Calzoum Bachri ini selengkapnya di Your Favorite Devil's Advocate Mengulas serba-serbi gaya hidup dengan sudut pandang yang berbeda serta tanggapan mengenai isu yang tidak biasa [Musikalisasi Puisi] Tanah Air Mata - Sutardji Calzoum Bachri Jumat, Januari 10, 2014.
SutardjiCalzoum Bachri adalah pujangga Indonesia terkemuka, ia dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1966 - 1970-an. Puisi-puisi Karya Sutardji Calzoum Bachri. Redaksi. 20/02/22 - 8:12 WIB 24/02/22 - 1:54 WIB. Walau. Walau penyair besar takkan sampai sebatas allah Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa.
Tanahsering disingkat menjadi na, Dalam puisi Sutardji Calzoum Bachri berjudul Luka, tidak terlihat ada subjek dan predikatnya, karena isinya hanya ha ha. Luka. Karya Sutardji Calzoum Bachri. ha ha. 1976. Selain itu, kalimat yag baik juga harus dilengkapi dengan tanda baca (koma, titik, tanda seru, tanda tanya).
Puisitidak cukup dikaji secara struktural, melainkan perlu dikaji lebih lanjut secara semiotika. Untuk itu, puisi "TAPI" karya Sutardji di atas akan dibahas dari segi struktural terlebih dahulu, lalu dianalisis berdasarkan lapis norma Ingarden, baru kemudian dikaji lebih lanjut menggunakan teori semiotika puisi Riffaterre.
Sumberdata kajian ini puisi Tanah Air Mata karya Sutardji Calzoum Bachri. Data kajian berupa data verbal, yaitu penggalan-penggalan dari puisi tersebut yang mengandung imaji. Hasil penelitian menjukkan bahwa dalam puisi tersebut penyair dominan mengunakan imaji visual dan imaji kinestetik.
SutardjiCalzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an. Puisi: Aku Datang Padamu Karya: Sutardji Calzoum Bachri.
Puisi"Pagi" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah puisi yang menggambarkan momen pagi yang penuh misteri dan perenungan tentang cinta. Angin pagi menjadi metafora untuk perasaan dan hubungan cinta yang saling mencari dan merenungkan. Puisi ini mencerminkan perjalanan emosi, penemuan, dan pertanyaan tentang makna cinta.
Salahsatu puisi yang mengandung nilai nasionalisme adalah puisi karya Sutardji Calzoum Bachri.Sutardji Calzoum Bachri adalah seorang pujangga Indonesia Tanah Air Mata Oleh: Sutardji Calzoum
Puisi Sajak Tangga Karya: Taufiq Ismail. Sajak Tangga Empat puluh sembilan tangga kemiskinan Hari panas Lima puluh sembilan tangga kemiskinan Puisi: Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Yang Paling Menakjubkan (Karya Sapardi Djoko Damono) Puisi: Ibu (Karya Chairil Anwar)
PenulisAina Mulyana. sastra. TANAH AIR MATA. Karya : Sutardji Calzoum Bachri. Tanah airmata tanah tumpah darahku. Mata air air mata kami. Airmata tanah air kami. Disinilah kami berdiri. Menyanyikan airmata kami.
SutardjiCalzoum Bachri, "Kredo Puisi". Kekhasannya tersebut mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Sutardji menegaskan sikapnya dalam "Kredo Puisi" yang ia tulis pada 30 Maret 1973. Ia ingin membebaskan "kata dari makna.". Kata dibebaskan dari bebannya sebagai pembawa pengertian.
Puisikarya Sutardji Calzoum Bachri mengandung unsur estetis/keindahan dari kata "AIR MATA". Kata ini menggambarkan keadaan bangsa indonesia yang sering meneteskan air mata. Puisi ini diciptakan untuk menguak kenyataan yang terjadi pada masyarakat kecil yang tak berdaya. kehidupan masyarakat kecil yang tertindas oleh pengusa-penguasa.
SutardjiCalzoum Bachri Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung air mata bangsa. Kata-kata telah lama terperang- kap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam Isyarat dan kilah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap pada wajah orang berjuta. Wajah orang tergusur Wajah yang ditilang malang Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar
1979 Sumber: Horison ( Juni, 1979) Puisi: Belajar Membaca. Karya: Sutardji Calzoum Bachri. Biodata Sutardji Calzoum Bachri: Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an. Puisi: Belajar Membaca Karya: Sutardji Calzoum Bachri.
Untukanalisis semiotik lainnya yang berupa gambaran, dalam puisi "Tapi" karya Sutardji Calzoum Bachri ini kita dapat melihat 3 gambaran yaitu berupa gambaran manusia,gambaran kesakitan, dan gambaran usaha. Pertama untuk gambaran manusia, yaitu kata aku, kau, mayat, dan arwah. Kata aku dan kau merupakan kata ganti orang yaitu kata ganti
Diponegoro dan Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul Tanah Air Mata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualit atif. Deskriptif
y2l3NJ.