Praktikum Bioteknologi I Fermentasi Bahan Makanan Pembuatan Tempe Menganalisis dan memahami prinsip fermentasi yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe 6 Kertas Minyak 7 Panci 8 Baskom 4 Daun pisang, jati, dan waru 9 Kompor 10 Stapler 1 Cuci kedelai dengan air bersih 2 Rendam kedelai selama 6-12 jam agar kedelai mengembang 3 Rebus kedelai selama 1 jam yang bertujuan untuk melunakkan kedelai 4 Kedelai kemudian diremas-remas hingga kulit kedelai terkelupas dari bijinya 5 Kemudian tiriskan dan bilas kedelai sampai bersih dari kulitnya 6 Campurkan kedelai dengan ragi sampai rata dengan perbandingan 1kg kedelai dicampur dengan 40gr ragi tempe aduk hingga merata 7 Timbang 50gr campuran kedelai dan ragi tersebut lalu bungkus dengan daun yang disediakan daun pisang, daun waru, dan daun jati, pembungkusan juga menggunakan bahan lain plastik dan kertas minyak kemudian tusuk-tusuk atau toreh agar udara bisa masuk 8 Pemeraman dilakukan pada suhu kamar dengan ruangan agak gelap selama 2x24 jam 9 Amati hasil dan bandingkan dalam bentuk tabel pengamatan. Amati pula dibawah mikroskop masing-masing tempe tersebut dengan mengambil sedikit miselium jamur pada permukaan tempe. Gambar tempe pada masing-masing media pembungkus Jenis Pembungkus Gambar Tempe Gambar hifa Daun Pisang Daun Waru Daun Jati Plastik Kertas Minyak Kriteria Pengamatan Jenis Pembungkus Indikator Pengamatan Tekstur Aroma Warna Pertumbuhan Jamur Spora Daun Pisang Lembut, miselium terikat erat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih jarang, miselium tebal, Baru meng- hasilkan sedikit spora Daun Waru Kasar, miselium hanya mengikat beberapa kdelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih kehitaman, kedelai masih terlihat kekuningan Tersebar pada bagian tertentu, tidak menutupi seluruh permukaan tempe, hanya beberapa, miselium tipis Sudah meng-hasilkan banyak spora Daun Jati Agak kasar, miselium tidak mengikat beberapa kedelai Sedikit aroma tempe, aroma tidak sedap Hifa putih, beberapa kedelai terlihat mulai menghitam Tidak merata dimana ada beberapa bagian yang tidak tertutupi, miselium tipis Sudah menghasilkan spora yang lumayan banyak Plastik Agak lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tipis Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Kertas Minyak Lembut, miselium saling mengikat Khas tempe, sedikit aroma tidak sedap Hifa putih, kedelai masih terlihat kekuningan Merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tebal Spora sangat sedikit bahkan hampir tidak ada Proses pembuatan tempe pada dasarnya merupakan proses penumbuhan spora pada jamur tempe oleh Rhizopus sp. Seperti yang kita ketahui pembuatan tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni oksigen, suhu, pH, dan Kelembaban udara uap air. Faktor tersebut sangat mendukung dalam proses pertumbuhan jamur tempe Rhizopus dimana ketika keadaan lingkungan yang baik sesuai dengan keadaan jamur yang tumbuh, maka akan menghasilkan tempe yang bagus. Menurut Sarwono dalam Iqbalali “Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah keping-keping biji kedelai yang telah direbus. mikroorganismenya berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6,8% kelembaban nisbi 70-80%. Tetapi pada praktikum ini, keadaan tersebut diberlakukan sama pada setiap pengujian tempe, yang membedakan hanya dari jenis pembungkus saja. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, menemukan bahwa pada setiap tempe yang dibuat dengan hasil yang berbeda disebabkan oleh pembungkus yang berbeda pada tempe. Perbedaan tidak hanya terlihat pada permukaan tempe saja, tetapi juga terlihat berbeda pada pengelihatan mikroskopik. Dari hasil percobaan kami, kami menemukan bahwa tempe terbaik dihasilkan saat menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, sedangkan yang kurang baik adalah menggunakan daun waru dan jati. Hal ini berbeda dengan refrensi yang kami dapatkan dimana hasil tempe dari pembungkus daun lebih baik daripada pembungkus sintetis. Terjadi beberapa kesalahan perlakuan pada setiap tempe yang kami buat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan jamur tempe. Kurang maksimalnya hasil tempe yang didapatkan ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni pada saat penirisan kedelai tidak dilakukan dengan benar dan pada saat pengemasan, dimana kedelai masih basah dan terdapat air, air yang berlebihan dalam biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan menyebabkan pembusukan. Selain itu, pemberian ragi tempe yang tidak merata, suhu yang tidak sesuai juga dapat menyebabkan beberapa bagian tempe mengalami pembusukan. Hasil tempe yang dibungkus dari daun pisang menghasilkan pertumbuhan Rhizopus yang maksimal, dimana miselium tebal dan mengikat seluruh bagian kedelai yang menyebabkan tekstur tempe menjadi lembut merata, aroma yang dihasilkan juga aroma khas tempe walaupun sedikit kurang sedap, warna miselium yang menutupi kedelai berwarna putih. Dilihat secara mikroskopik hifa terlihat panjang, dan baru menghasilkan sedikit spora yang matang, hal ini yang menyebabkan warna tempe masih berwarna putih. Menurut beberapa sumber yang kami baca, hal ini disebabkan karena daun pisang mengandung polifenol yang berfungsi sebagai antioxidan dan juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus, hal trersebut dapat memaksimalkan proses fermentasi. Daun pisang juga memiliki rongga-rongga udara yang dapat melancarkan sirkulasi udara yang mana jamur tempe memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Pada tempe yang dibungkus menggunakan daun waru memiliki tekstur yang kasar dimana miselium hanya mengikat beberapa kedelai, miselium yang dihasilkan juga sedikit, pada pembesaran mikroskopik terlihat spora jamur sangat banyak yang matang sebagai indikasi dari tempe yang muai akan membusuk, daun waru merupakan media tumbuh dan berkembang yang baik bagi Rhizopus sp. dimana jamur tempe ini akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal, tetapi dalam praktikum ini miselium yang dihasilkan tidak merata mengikat kedelai. Hal ini disebabkan karena kesalahan praktikum yang kami lakukan, kami tidak mencuci daun waru yang digunakan untuk membungkus kedelai fermentasi, kami menduga bahwa terdapat mikroorganisme lain yang ada di permukaan daun waru tersebut jamur dan bakteri penghambat. Tempe yang dihasilkan memiliki sedikit aroma tempe dan juga mengeluarkan bau yang tidak sedap amoniak. Hifa berwarna putih dengan beberapa bagian menghitam yang menunjukkan pematangan spora yang terjadi, terlihat banyak pematangan spora pada pembesaran mikroskopik. Daun waru sebagai media tumbuh jamur yang sangat baik, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan reproduksi jamur tempe. Hal ini menyebabkan tempe cepat menghitam dan berbau busuk karena cepatnya pertumbuhan dan pematangan spora jamur. Seharusnya miselium yang tumbuh pada tempe ini banyak menutupi kedelai tetapi karena daun terkontaminasi menyebabkan pertumbuhan hifa tidak merata. Pada tempe dengan pembungkus daun jati menghasilkan tekstur tempe yang agak kasar, miseliumnya tidak mengikat semua kedelai, pertumbuhan jamurnya tidak merata, ada beberapa bagian yang tidak ditutupi hifa, dan hifanya tipis. Pada pembesaran mikroskopik terlihat beberapa spora yang sudah matang, sebagai indikasi bahwa tempe sudah mengalami proses pematangan dan selanjutnya akan mengalami pembusukan. Aroma yang dihasilkan dari tempe pembungkus daun jati ini sedikit berbau tempe dan aromanya tidak sedap. Pada beberapa bagian tempe yang memadat berwarna putih disebabkan oleh pertumbuhan miselium kapang sedangkan bagian yang tidak memadat/lembek dan terdapat bercak berwarna kehitaman. Selain itu, pada daun jati terdapat banyak trikomata yang memungkinkan terdapat banyak spora sehingga akan mengganggu proses fermentasi karena adanya mikroorganisme selain miselium tersebut. Kesalahan juga terjadi pada saat pembungkusan, kami tidak membersihkan daun jati yang menyebabkan mikroorganisme masih melekat pada permukaan daun, adanya trikomata yang tebal juga menyulitkan dalam pembersihan/ pensterilan daun. Selain itu kami juga salah dalam melakukan pembungkusan kedelai tempe. Sesuai refrensi yang kami baca, seharusnya pada saat membungkus kedelai menggunakan bagian bawah daun untuk memaksimalkan pertumbuhan jamur tempe, tetapi kami menggunakan bagian atas daun yang dapat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tempe. Dalam daun jati terdapat kandungan antosianin yang berperan sebagai antioksidan. Antosianin ini merupakan sub-tipe senyawa organik dari flavonoid. Senyawa ini sering digunakan dalam pengawetan buah. Karena kandungan antisianin ini menyebabkan pembusukan sulit terjadi. Seharusnya tempe yang dihasilkan bagus karena adanya antosianin ini, tetapi mungkin karena adanya kesalahan dalam praktikum ini menyebabkan kurang bagusnya hasil tempe dengan pembungkus daun jati ini. Pada tempe dengan pembungkus plastik tekstur yang dihasilkan agak lembut, miselium saling mengikat. Aroma yang dihasilkan khas aroma tempe akan tetapi sedikit tidak sedap. Hifa berwarna putih, kedelai masih terlihat kekuningan. Pertumbuhan jamur cukup merata pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit hifa, hifanya pun tipis. Dengan menggunakan media plastik menghasilkan tempe yang cukup bagus, karena plastik cendrung lebih steril dibandingkan media lainnya yang menggunakan daun. Tak jarang pada daun terdapat mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan jamur pada tempe. Tetapi plastik merupakan bahan sintetis yang mengandung bahan kimia yang kurang baik bagi konsumen. Faktor ini dipengaruhi karena kurangnya pelubangan pada plastik yang menyebabkan jamur tempe kurang mendapatkan oksigen. Faktor lainnya juga karena pada saat pemberian ragi yang tidak merata sehingga pertumbuhan kapang tidak merata, selain itu pada saat penirisan dan pembersihan kulit ari kurang baik sehingga miselium susah untuk menembus kedelai tersebut. Saat peragian kedelai masih basah sehingga air masih banyak yang menyebabkan miselium tidak dapat tumbuh dan cepat membusuk. Pada tempe yang dibungkus dengan kertas minyak memiliki hasil tempe yang hampir mirip dengan tempe yang dibungkus dengan plastik. Pada intinya kertas minyak menggunakan lapisan plastik pada permukaan kertas hanya saja lebih tipis. Dengan menggunakan kertas minyak lebih bagus dibandingkan pembungkus plastik, kami menduga bahwa hal ini disebabkan karena pada kertas minyak suplay oksigen dan keadaan suhu lebih tepat dibandingkan plastik. Pada pembesaran mikroskopik tidak terihat terjadinya pematangan spora baik pada plastik maupun kertas minyak, pembungkus yang berbahan dasar plastik dapat memberikan suhu yang lebih dibandingkan suhu normal tumbuh jamur tempe, dengan hal tersebut dapat menghambat pematanggan spora jamur. Kesimpulan yang dapat kami tarik dari praktikum yang dilakukan ialah, pertumbuhan Rhizopus pada tempe dipengaruhi karena pembungkus yang berbeda. Masing-masing pembungkus memberikan perlakuan yang berbeda pada kedelai, sehingga menghasilkan tempe degan kualitas yang berbeda. Pematangan spora yang terjadi juga berbeda pada setiap jamur tempe pada masing-masing pembungkus tempe. Pada praktikum yang kami lakukan, tempe yang terbaik dihasilkan pada pembungkus daun pisang sesuai dengan kreteria pembahasan. Seharusnya membungkus tempe dengan menggunakan daun akan lebih daripada bahan sintetis. Tetapi karena kesalahan dalam proses praktikum kami menemukan hasil yang berbeda yakni daun jati dan daun waru menghasilkan tempe yang kurang baik. Nurhidajah, Siti Aminah.” CHIPS TEMPE SEBAGAI MAKANAN RINGAN ALTERNATIF PENGGANTI JUNKFOOD”. Universitas Muhammadiyah Semarang. Dalam Sarwono B, 1996, Membuat Tempe dan Oncom, Penebar Swadaya, Jakarta Buku Online. Sukardi, dkk. Desember 2008. “UJI COBA PENGGUNAAN INOKULUM TEMPE DARI KAPANG Rhizopus oryzae DENGAN SUBSTRAT TEPUNG BERAS DAN UBIKAYU PADA UNIT PRODUKSI TEMPE SANAN KODYA MALANG”. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No. 3. Dalam Universitas Sumatera Utara.”Tempe” dalam artikel ilmiah.
Adanyakemampuan dari bakteri Lactobacillus dan Streptococcus ini dalam fermentasi susu dimanfaatkan sebagai dasar dalam proses pembuatan youghrt. Youghrt merupakan salah satu jenis minuman yang termasuk ke dalam minuman penyegar (Kurniati, Tuti). Youghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri, yoghurt dapat dibuat dari susu apa
Proses Pembuatan TempeKata PengantarPuji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karenaberkat dankarunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian pembuatan tempe initepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan ini, banyak sekali tantangan danhambatan,akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama pada Bu Lily Ender yang telah membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalahini.Teman – teman sekelompok yang telah turut membantu dalam pengerjaanmakalah memuat tentang bagaimana proses pengolahan tempe dari bahan –bahanbaku pembuatan sampai menghasilkan produk tempe. Saya menyadari bahwamakalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupunmaterinya. Oleh karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan saya terimadengan baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada Maret 2018Page 1Proses Pembuatan TempeDaftar IsiKata Pengantar..............................................................................................1Daftar Isi......................................................................................................2BAB I Pendahuluan...................................................................................3 II.........................................................................................................4 III.........................................................................................................6 IV........................................................................................................7 V.........................................................................................................8 2Proses Pembuatan TempeBAB I BelakangTempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakanmakanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumberproteinnabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasiterhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jeniskapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. Stolonifer kapangroti, atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna ini secara umum dikenal sebagai ragi putih pada tempedisebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Teksturkompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji MasalahBerdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan peranan mikroorganisme Rhizopus Oryzaedalam prosespembuatan tempe?Want to read all 9 pages?Previewing 4 of 9 pagesUpload your study docs or become a to read all 9 pages?Previewing 4 of 9 pagesUpload your study docs or become a of previewWant to read all 9 pages?Upload your study docs or become a member.
Laporanhasil praktikum bioteknologi "fermentasi tempe" disusun oleh: Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan. Laporan tugas akhir "pembuatan tempe yang tahan disimpan" program studi diploma iii teknik kimia, fakultas teknik universitas. Contoh Laporan Praktikum Pembuatan Tempe Seputar
BIOTEKNOLOGI FERMENTASI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN TEMPE Rhizopus oryzae / Rhizopus sp Nama Siswa Yanti Octavia Theressia Kelas XII MIA Guru Pembimbing Nely Sa’adaniyah, SMAN 4 MALINAU 2019 Judul Praktikum Cara Membuat Tempe Pemanfaatan bioteknologiTujuan Praktikum 1. Memenuhi tugas pratek akhir. 2. Mengetahui cara pembuatan tempe. 3. Mengetahui peran Rhizopus oryzae. 4. Untuk mempelajari proses dari pembuatan tempe dari kacang kedelai. Dasar Teori Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang Rhizopus ini berperan memecah senyawa kompleks yang ada pada bahan baku sehingga lebih mudah dicerna. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Tempe itu berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Tempe juga berpotensi digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Alat dan Bahan Ø Alat Kompor Panci Tampah/tampi Saringan Sendok Dandang Mangkok atau baskom Korek Jarum Serbet Ø Bahan Kedelai Ragi tempe RAPRIMA Air Pembungkus tempe plastik / daun pisang Tusuk gigi/lidi Cara Kerja Seluruh alat yang digunakan dan tangan dibersihkan. Ambil segenggam atau lebih kacang kedelai yang bersih, masukkan ke dalam mangkok, lalu tuang air biasa sampai setengah dari mangkok atau melewati permukaan kacang kedelai. Diamkan atau rendam kacang kedelai selama 1 malam atau 8 jam. Setelah 1 malam, bersihkan atau pisahkan kacang kedelai dari kulit ari dengan cara diremas, lalu cuci kacang kedelai menggunakan air mengalir hingga bersih. Sesudah itu, dipindahkan kacang kedelai ke dalam panci dan diisi dengan air sampai melewati permukaan kacang kedelai. Panci diletakkan diatas kompor yang sudah dinyalakan dan rebus / kukus kacang kedelai sampai empuk. Tiriskan kacang kedelai yang sudah empuk, dan keringkan dengan cara meratakan kacang kedelai di atas tampah/tampi, lalu di angin-anginkan. Setelah kacang kedelai kering, saatnya pemberian ragi tempe sebanyak setengah sendok makan atau 1 sendok makan. Aduk kacang kedelai bersama ragi, sampai merata. Sesudah itu, bungkus tempe menggunakan plastik atau daun, dengan ukuran sesuai keinginan. Jika menggunakan plastik, tusuklah plastik bolak balik sebanyak 20 tusuk. Selanjutnya, kacang kedelai yang sudah dibungkus diletakkan atau simpan pada tempat yang gelap, dan dibungkus menggunakan serbet. Tahap fermentasi Tunggulah selama 1 hari / 24 jam penuh. Setelah 1 hari penuh, tempenya sudah dikatakan berhasil jika ditandai dengan adanya, jamur berwarna putih yang tumbuh dikacang kedelai dan terlihat menyatu semua. *keterangan Kacang kedelai yang terendam selama 8 jam, ditandai dengan kulit ari yang mengambang, air yang berbuih, dan kacang kedelai yang membesar. Kulit ari kacang kedelai biasanya masih ada yang belum lepas, untuk memudahkan membersihkannya bisa melalui tahap 2 kali perebusan, untuk kebersihan yang merata. Hasil Pengamatan - Kacang kedelai ditumbuhi oleh jamur secara merata - Rasa dan baunya harum dari khas tempe - Awal pengambilan tempe terasa hangat - Tempenya jadi dalam 1 hari/24 jam penuh - Jika menggunakan kain/dibungkus menggunakan kain, suhunya akan terjaga. Pembahasan Dalam proses pembuatan tempe, semuanya harus steril demi terhindarnya dari kontaminasi. Kacang kedelai harus direndam untuk berhidrasi, supaya kulit ari menjadi mudah di lepas dari kacang kedelai. Kacang kedelai di rebus, agar kacang kedelai menjadi empuk atau lunak. Juga mempermudah membersihkan kacang kedelai dari kulit ari. Pemberian ragi pada kacang kedelai untuk pemicu proses fermentasi. Fungsi lubang pada plastik, untuk sirkulasi udaranya, dimana proses dari pembuatan tempe ini tergolong dalam proses anaerob. Proses fermentasi dilakukan ditempat tertutup/gelap, agar suhunya meningkat dan tumbuhnya jamur pun semakin mudah, dengan suhu 27°C - 30°C. Kacang kedelai ditutupi atau dilapisi serbet, agar suhunya tetap terjaga. Proses pembuatan tempe dalam keadaan ini, hanya dalam waktu 1 hari atau 24 jam penuh, jika terlalu lama tempe akan membusuk. Selama proses fermentasi, tempe jangan disentuh dulu sebelum jadi. Setelah 24 jam, tempe sudah harus dikeluarkan dari penyimpanan ke tempat terbuka, agar tidak membusuk. Selama proses fermentasi, kacang kedelainya berkeringat. Ini terjadi karena adanya proses pengurangan kadar air serta menjaga kelembaban pada kacang kedelai selama proses fermentasi. Setelah 24 jam penuh, tempe terasa hangat/panas. Dalam penelitian ini, Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosphorus adalah salah satu dari mikroorganisme yang sering digunakan dalam fermentsi untuk membuat tempe. Pada dasarnya membuat tempe sama halnya dengan fermentasi lainnya, artinya bahan yang digunakan untuk mebuat tempe harus dalam keadaan yang bersih dan siap digunakan. Awal dari proses pembuatan tempe adalah melakukan proses perendaman. Perendaman ini sendiri bertujuan untuk melunakkan kedelai yang akan dibuat tempe dan selain itu agar kedelainya mengembang dari ukuran semula. Setelah itu kedelai mengalami proses perebusan yang tujuannya adalah untuk melunakkan dan agar bakteri tempe dapat mati. Selanjutnya pencucian dan penghilangan kulit ari tujuannya adalah agar ragi yang ditambahkan bisa masuk kedalam daging kedelai dan juga agar teksturnya lembut tidak ada serat kasar. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Fermentasi kedelai menjadi tempe juga akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan hasil kerja enzim fitase yang diproduksi kapang tempe, yang mampu menghidrolisa asam fitat menjadi inositol dan fosfat yang bebas. Pembuatan tempe menggunakan plastik dan daun pisang. Fermentasi dan pengamatan dilakukan selama 1 hari / 24 jam. Dengan dibungkus menggunakan serbet, agar suhu selama proses fermentasi tetap terjaga. Setelah 12 jam, bungkusan kacang kedelai terlihat seperti berkeringat, ini disebabkan karena adanya kenaikan suhu dan kadar air akan mengalami penurunan pada proses fermentasi agar pertumbuhan jamur tidak tergangu. Jika sudah 24 jam penuh, seluruh kacang kedelai sudah ditumbuhi oleh jamur, dimana kacang kedelai sudah terlihat menyatu. Saat tempenya dipegang, tempenya akan terasa hangat atau panas. Ini terjadi karena dalam proses fermentasi suhunya akan meningkat, agar jamur tumbuh dengan cepat. Tempe yang sudah jadi ditandai dengan warna putih yang disebabkan oleh tumbuhnya Miselia jamur di sepanjang permukaan tempe dan menyatu, serta memiliki harum yang khas. Ciri-ciri keberhasilan pembuatan tempe - Tumbuhnya jamur secara merata - Harum/baunya khas tempe - Semua kacang kedelainya ditumbuhi jamur - Teksturnya kompak, padat dan lunak/empuk Pemicu gagalnya pembuatan tempe - Proses pembuatan salah - Tidak steril - Tidak sabaran - Tempenya menghitam - Tumbuhnya jamur hanya di salah satu tempat - Rasa dan baunya kecut - Ada kacang kedelai yang tidak ditumbuhi jamur - Tempenya tetap basah Kesimpulan Tempe berpotensi untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Proses fermentasi tempe dilakukan oleh yang namanya Rhizopus oryzae dimana ini merupakan jamur yang tumbuh dengan suhu 27°C - 30°C, dan dengan kelembaban tertentu. Yang dipicu oleh ragi tempe. Selama proses pembuatan tempe terjadi penurunan kadar karbohidrat penyebab flatuensi, yaitu stakiosa dan rafinosa. Sehingga daya cerna tempe meningkat dan bebas dari masalah flatulensi. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan tempe tersebut jika terlalu lama akan jadi over fermentasi. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai emnjadi lebih baik dan mudah dicerna. Dan proses berhasil dan tidak berhasilnya pembuatan tempe adalah sesuai dengan perlakuan, apa sudah benar dan tepat atau belum. Pembuatan tempe pada dasarnya dapat dilakukan oleh semua orang dengan alat & bahan yang mudah ternyata proses pembuatan tempe hanya dapat dilakukan dalam 1 hari, sesuai dengan banyaknya kacang kedelai, karena bisa mencapai 3 hari penuh. Daftar Pustaka
JurnalPangan Halal Volume 1 Nomor 1, April 2019 9 PROSES PEMBUATAN TEMPE TRADISIONAL Adini Alvina 1), Dany Hamdani 1) 1 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Universitas Djuanda Bogor email: alvin16112@ Tempe is a food that is already familiar to the people of Indonesia.
Hai sobat biologi, kali ini saya kasi deh buat kalian laporan praktikum biotek dengan judul pembuatan tempe, semoga bermanfaat yah... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, Negara yang beranda di benua Asia, terkenal sebagai Negara dengan keragaman kuliner. Seperti china, korea, dan lainnya tak terlepas pula di Indonesia. Di Indonesia sendri hampir disetiap daerah memiliki makanan dengan ciri khas tersendiri. Selain karena kekhasan dan keunikan makanan tiap daerah, harga makanan yang murah juga membut Indonesia sebagai Negara wisata kuliner yang tak jarang banyak sekali orang-orang yang melakukan wisata kuliner yang bahkan pengunjunganya sampai pada warga mancanegara. Salah satu makanan khas dari Indonesia yang dapat dikatakan telah menjadi makanan pokok masyarakat adalah tempe. Tempe merupakan makanan tradisional yang sangat popular dan digemari di masyarakat. Tidak hanya di Indonesia tempe sudah terkenal bahkan ke Eropa. Hal ini tidak lain karena rasanya yang nikmat, harga yang murah dan tentunya mengandung gizi yang baik. Bahan pokok pembuatan tempe biasanya menggunakan kacang-kacangan, seperti kacang tanah kedelai dan dapat pula menggunakan biji lamtoro. Akan tetapi yang paling sering digunakan adalah kacang kedelai. Jika ditinjau dari proses pembuatan, dapat diketahui bahwa tempe merupakan salah satu produk bioteknologi berbasis konvensional. Hal ini karena melibatkan mikrobia eukariotik yaitu kapang yang biasanya diperoleh dari ragi artinya di dalam ragi tersebut mengandung empat jenis kapang dari kelompok Rhizopus, yaitu Rhyzopus ologosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhizopus oryzae. Hifa dari kapang iniliha yang terlihat berwarna putih pada tempe. Melihat dari segi ekonomi konsumsi masyarakt yang begitu tinggi terhadap tempe, maka penting diadakan praktikum ini, Selain karena daya konsumsi yang tinggi, tentunya kemampuan dasar dalam wirausaha berbasis pengetahuan biologi salah satunya dalam membuat tempe sangat penting untuk diketahui. B. Tujuan Mengatahui cara pembuatan tempe dengan baik dan benar dan karakteristik tempe kualitas yang baik. C. Manfaat Praktikan mengetahui cara pembuatan tempe yang baik dan benar dan karakteristik tempe kualitas yang baik. . BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll Nurcahyo, 2011. Menurut Suprapti 2003 dalam Sukardi 2008 Tempe merupakan salah satu hasil fermentasi kedelai yang sudah cukup dikenal sebagai makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Tempe mengandung vitamin B12 yang biasanya terdapat dalam daging dan juga merupakan sumber protein nabati selain sebagai sumber kalori, vitamin dan mineral Suprapti, 2003 dalam Sukardi, 2008. Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi . Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar yang juga berwarna putih. Boleh jadi, ini menjadi asal muasal dari mana kata “tempe” berasal PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012. Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012. Secara umum tahu dan tempe dibuat dari bahan baku kedelai. Sekitar 80% kedelai dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industry tahu dan tempe sedangkan sisanya digunakan oleh berbagai macam industry seperti kecap, susu kedelai, makanan ringan dan sebagainya. Dalam beberapa tahun terakhir produksi kedelai di Indonesia terus berkurang dan tidak mampu memenehui kebutuhan Haliza, 2007. Tempe merupakan olahan kedelai dengan fermentasi kapang Rhizopus. Kapang yang sering digunakan dalam pembuatan tempe, adalah Rhizopus microsporus dan R. oryzae. Kedua kapang tersebut mempunyai aktivitas enzim β-glukosidase berbeda. Aktivitas enzim β-glukosidase R. microsporus var. chinensis lebih kuat daripada R. oryzae Purwoko et al., 2001 dalam Purwoko, 2004. Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam ±4-5 Widayati, 2002 dalam Lumowa, 2014. Waktu fermentasi memberikan pengaruh dalam kualitas produk suatu produk, produk fermentasi adalah produk yang dapat diterima baik secara kenampakan, aroma serta nutrisi yang dihasilkan. Fermentasi dibantu oleh mikroorganisme yang memiliki fase hidu logaritmik. Sehingga untuk mendapatkan produk fermentasi yang terbaik harus mengetahui fase pertumbuhan optimal dari mikroorganisme yang dimanfaatkan tersebut Darajat. 2014. BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal Kamis, 1 Desember 2016 Waktu Pukul WITA Tempat Laboratorium Biologi Lantai 3 Barat FMIPA UNM B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Talang plastik b. Baskom c. Pengaduk kayu d. Dandang e. Kompor f. Jarum pentul g. Kardus h. Kipas angin 2. Bahan a. Kedelai b. Kacang tanah c. Kacang merah d. Ragi tempe e. Air secukupnya f. Lilin g. Kemasan plastik/daun pisang C. Prosedur Kerja 1. Membersihkan kedelai, kacang tanah, dan kacang merah dari kotoran-kotoran kemudian direndam dengan air bersih selama 12-18 jam. 2. Melepaskan kulit biji kedelai, kacang tanah, dan kacang merah yang telah lunak, kemudian mencucinya dengan menggunakan air bersih. 3. Mengukus masing-masing kedelai, kacang tanah, dan kacang merah tersebut sampai empuk. 4. Setelah biji kedelai, kacang tanah, dan kacang merah terasa empuk, menuangkan masing-masing biji tersebut pada talang yang telah dibersihkan, lalu diangin-anginkan dengan kipas sambil diaduk hingga biji tersebut menjadi hangat. 5. Menaburkan ragi tempe pada masing-masing kedelai, kacang tanah, dan kacang merah sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata. 6. Menyiapkan kantong plastik kemudian memberi lubang dengan menggunakan jarum 7. Memasukkan masing-masing kedelai, kacang tanah, dan kacang merah yang telah diberi ragi ke dalam pembungkus yang berbeda setiap jenis kacang. Mengatur ketebalannya sesuai dengan selera dan simpan ke dalam kardus untuk proses fermentasi. 8. Proses fermentasi kedelai, kacang tanah, dan kacang merah ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan No Bahan ambar Hasil Pengamatan 1. Kacang Tanah 2. Kedelai 3. Kacang Merah B. Pembahasan Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012. Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam ±4-5 Widayati, 2002 dalam Lumowa, 2014. Berdasarkan hasil pengamatan setelah dilakukan proses fermentasi, maka diketahui bahwa secara umum dapat dikatakan tidak berhasil. Proses pembuatan tempe menggunakan bahan kacang kedelai tidak berjalan dengan baik dimana hampir seluruh tempe kedelai yang dibuat tidak berhasil dimana memiliki aroma berbau tidak sedap dan misellium yang tumbuh tidak merata. Sedang pada kacang merah dapat dikatakan gagal sepenuhnya, miselium tumbuh tidak merata dan memiliki bau tidak sedap. Sedang pada kacang tanah dapat dikatakan berhasil hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan miselium yang baik berwarna putih dan merata walaupun ada beberapa dari produk yang dibuat tidak berhasil. Dari beberapa hipotesis tidak maksimalnya pembuatan tempe tersebut disebabkan karena kualitas kacang-kacangan yang kurang baik, terutama pada kacang kedelai dan kacang merah. Selain itu, karena pemberian ragi kurang merata sebab pada saat pemberian ragi kacang masih dalam keadaan agak basah serta tempat penyimpanan atau cara penyimpanan yang kurang baik dimana produk ditumpuk beberapa tingkat sehingga menghalangi udara masuk pada lubang-lubang yang dibuat. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui bahwa proses pembuatan tempe yang dilakukan tidak berjalan dengan baik disebabkan proses pengolahan yang kurang baik. B. Saran Sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang jarang digunakan dalam proses pembuatan tempe pada umumnya semisal biji lamtoro. DAFTAR PUSTAKA Darajat, Duta Pakerti dkk. 2014. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Influence of Fermentation Time and Proportion of Dextrin to the Quality of Milk Tempeh Powder. Haliza, Winda. 2007. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Pemanfaatan Kacang-Kacangan Lokal Sebagai Substitusi Bahan Baku Tempe dan Tahu. Vol. 3. Lumowa, Sonja V. T. 2014. Jurnal EduBio Tropika. Pengaruh Perendaman Biji Kedelai Glycine Max, L. Merr Dalam Media Perasan Kulit Nanas Ananas Comosus Linn. Merrill Terhadap Kadar Protein Pada Pembuatan Tempe. Vol. 2 No. 2. Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012. Tempe Persembahan Indonesia Untuk Dunia. Jakarta BSN Purwoko, Tjahjadi. 2004. Kandungan Isoflavon Aglikon pada Tempe Hasil Fermentasi Rhizopus microsporus var. oligosporus Pengaruh Perendaman. Vol. 6 Sukardi, dkk. 2008. Jurnal Teknologi Pertanian. Tempeh Inoculum Application Test of Rhizopus oryzae with Rice and Cassava Flour as Substrate at Sanan Tempeh Industries eh - Kodya Malang Vol. 9 No. 3.
Jikabobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Poejadi, 1994). Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada telur, tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum (Triyono, 2007) membagi sumber protein yaitu protein dari sumber nabati dan hewani.